Minggu, 28 Oktober 2012

Berwajah Cerah

 
Mencoba memaknai hadits Rasulullah :“Jangan sekali-kali engkau meremehkan perkara kebaikan walaupun hanya berwajah cerah ketika engkau bertemu dengan saudaramu.” (HR. Muslim).

Kenapa Rasulullah mengajarkan kita untuk berwajah cerah, tidak boleh meremehkannya bahkan.
Padahal, penat seringkali datang mewarnai hari, letih datang menyempitkan hati.

Pernah ada saudari tersayang yang mencoba membantuku memaknai hal itu.
Katanya, "Sepertimu, aku pun menjalani hari-hari yang tak selalu warni. Bertemu banyak wajah di luar yg tak selalu teduh. Dan sepertimu, Tetes peluh karena terik Surabaya seringkali memacu darah berlomba mendaki ubun."

Lalu tambahnya lagi, "Akan tetapi, tiap kali kembali, pulang ke asrama (etos). Ku tanggalkan segenap lelah, juga ragam masalah. Karena ku tahu kau pun letih. Mungkin harimu juga tak ramah ya? Atau beban kuliahmu bertambah? Atau hari ini hatimu sempit sebah? Maka aku ingin tersenyum untukmu :). Sekedar kau tahu, bahwa aku menyapa, peduli kau ada."

Berusahalah tersenyum, meski tak selalu mudah. Bahkan saat duka menyapa hati. Agar setan tak dapat mendekat merapuhkan hatimu. Tersenyumlah saudaraku, dengan penuh ikhlas. Tak ada alasan untuk lara dan tak bersyukur. Kita pun tak pernah tahu siapa yg lebih duka, siapa yang lebih berhak dihibur, aku, kau atau yang lain.

Saat berkumpul bersama, berusahalah berwajah cerah:). Agar teduh tentram siapa yang memandang, lalu kita berbicara hangat dan hati-hati kita pun lekat. Wajah yang cerah menularkan pengharapan, menguatkan satu sama lain. Membuka ruang bagi saudara yang lain untuk bersandar sejenak meredam lelah. Tempat Allah menuangkan rahmat dan cintaNya untuk kita.

Maka akhwati fillah, tersenyumlah selalu saat bertemu saudarimu. Ada kebaikan di sana, yang mengantarkan pada keteguhan kita bersama di jalan ini. :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar