Sabtu, 27 Oktober 2012

Keragaman yang Produktif

by Ustadz Anis Matta

Dalam konteks qiyadah-jundiyah yang juga tidak kalah pentingnya adalah bagaimana mengelola perbedaan pendapat dalam jamaah da'wah dan mengubahnya menjadi faktor produktif bagi da'wah.

Beberapa tradisi yang kuat yang dengan sendirinya akan mengubah keragaman menjadi faktor produktif.



1. Tradisi ilmiah

Da'wah bekerja pada domain yang sangat luas dan rumit, yang tidak mungkin dicerna, dianalisis dan disikapi tanpa penguasaan ilmu pengetahuan dan kemampuan berfikir sitematis dan obyektif. Ada tiga landasan utama tradisi ilmiah:
• sistematika berpikir yang solid
• struktur pengetahuan yang kokoh
• kemampuan pembelajaran yang cepat
Dengan tradisi ilmiah kita mencegah setiap orang berbicara dari pikiran yang hampa dan hati yang kosong, dari kesembronoan dan kelatahan. Tradisi ilmiah mengajarkan makna pertanggungjawaban atas kata yang kita ucapkan.

2. Tradisi verbalitas

• Tradisi ilmiah hanya bisa tumbuh dengan baik apabila diwadahi dengan keterbukaan yang wajar. Setiap gagasan yang baik menerima tempat yang baik dalam hati kita.
• Tradisi ini berkembang bila secara individual punya tradisi verbalitias yaitu kebiasaan mengungkapkan pikiran secara wajar, alami dan apa adanya.
• Dengan tradisi verbalitas kita mengajarkan makna keberanian yang natural dan kehormatan yang wajar.

3. Tradisi pembelajaran kolektif

Baik individu maupun jama'ah berkembang melalui referensi normatif maupun pengalaman sejarah. Da'wah yang kita lakukan adalah mata rantai perjalanan manusiawi dan relatif . Walaupun Alloh sanggup membuat seluruh penduduk bumi beriman seketika, tapi Ia menghendaki itu terjadi melalui da'wah yang dilakukan manusia. Kemampuan kita untuk belajar secara kolektif hanya dapat ditingkatkan jika kita memiliki semangat dan kejujuran yang memadai untuk belajar, seperti:
• kemauan untuk mendengar semua pendapat yang beragam,
• mencerna
• menganalisis
• memikir ulang pendapat2 orang lain
Dengan tradisi ini kita bisa mengakselarasi pertumbuhan kapasitas da'wah untuk menyamai tantangan dan marhalahnya.

4. Tradisi toleransi

Dengan tradisi ini kita harus membiasakan diri untuk memiliki:
• kelapangan dada
• kerendahan hati
• membebaskan diri dari kepicikan
• prasangka buruk
• mengkondisikan diri untuk menghargai waktu
Karena sebuah gagasan terkadang harus diuji di lapangan dan perlu waktu. Tapi membuat seseorang mentoleransi orang lain adalah menunjukkan keluasan ilmu dan wawasannya. Itu yang membantunya memahami orang secara tepat. Memahami alasan-alasan yang mendorong seseorang memiliki sebuah sikap.

Inilah tradisi yang perlu kita tanamkan dalam lingkungan dakwah kita. Baik di kalangan qiyadah maupun jundi. Sehingga orang-orang yang terlibat meski berasal dari latar belakang yang berbeda dapat merasa nyaman dalam berjama’ah karena adanya keseimbangan yang indah antara kebebasan dan tanggung jawab serta keterbukaan dan keterkendalian.

Barakallahu lakum ikhwah. Selamat beramal!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar