Sabtu, 27 Oktober 2012

Rasa Lelah Hanya Siklus, Lalui Saja



Rasa lelah mungkin merupakan salah satu beban yang memberatkan langkah kita, dalam upaya melanjutkan kehidupan, mengejar cita-cita atau memperjuangkan kebahagiaan. Maka beberapa karakter dari rasa lelah itu penting untuk kita ketahui demi memahamkan pada diri bahwa lelah hanyalah sebuah siklus yang harus kita lalui.

Beberapa karakter dari rasa lelah:

1. Lelah itu tabiat kehidupan yang terus berulang
Kelelahan adalah sunah kauniyah; tradisi alam. Tabiat kehidupan yang sudah diatur sedemikian rupa. Manusia memang diciptakan dalam serangkaian kelelahan yang mutlak harus dilalui. Allah SWT sudah menegaskannya pada surat Al Balad ayat 4 :"Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam keadaan susah payah." Maka rasa lelah adalah suatu niscaya, yang akan terus datang berulang-ulang dalam kehidupan manusia.

2. Lelah itu menghapus sebagian kesalahan kita
Lelah itu mungkin tidak mengenakkan, tapi ia punya nilai dan makna. Dalam salah satu hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Baihaqi menunjukkan pada kita salah satu dimensi lelah yang bermakna di mata Allah:
" Mencari yang halal seperti para pahlawan yang berlaga di medan perang membela agama Allah. Barang siapa tidur malam harinya karena lelah mencari rezeki yang halal pada siang harinya, maka dia tidur pada malam harinya dengan mendapat ridha Allah."

3. Lelah itu selalu mendahului kebahagiaan
Rasa lelah selalu mendahului kesuksesan di bidang dan dalam hal apapun. Kebahagiaan tidak dapat dicapai tanpa merasakan kelelahan, kesungguhan dan susah payah. Hanya mereka yang memiliki semangat yang tinggi, tekad yang kuat, ketegaran dan kesabaran melalui kelelahan yang datang silih berganti, akan mencapai kesuksesan yang besar baik di dunia maupun akhirat.
Makna kesuksesan di sini adalah mengerjakan kewajiban dengan sungguh-sungguh dan optimal, mengemban tanggung jawab, jeli dalam melakukan pekerjaan/amanah, membuat hati orang lain menjadi ridha, menghormati orang lain, menekuni keahliannya, sabar terhadap berbagai kelelahan dan tidak menuruti nafsu yang mendorong kepada keburukan.

4. Lelah itu menyehatkan
Siklus kelelahan yang setiap hari kita rasakan, yang hadir setelah kita menyelesaikan tugas-tugas kita, tak perlu disesali. Tapi dinikmati saja hingga berlalu. Sebab orang yang lelah berarti orang yang bekerja dan mendayagunakan seluruh kemampuannya : biologis, psikologis dan spiritual dirinya. Dan itu membuat dirinya sehat lahir batin.

5. Di sini, tidak hanya kita yang merasa lelah
Lelah tidak hanya datang dalam usaha-usaha individu kita mengurus diri sendiri, keluarga, menjalani tugas kerja atau mencari nafkah. Tapi lelah juga menimpa kita, dalam kerja-kerja kita meneruskan perjuangan Rasulullah menyebar rahmat, memberi pencerahan, menyerukan kebenaran kepada manusia untuk menjadikan Islam sebagai tuntunan kehidupan yang menyelamatkan.
Medan yang satu ini sungguh luas, tapi kita tidak seorang diri. Di sini ada banyak orang yang berlomba-lomba mendapatkan kemuliaan dari Allah di jalan ini. Tetapi karakter kehidupan di jalan ini memang sangat melelahkan. Tantangannya selalu berat, godaannya senantiasa memikat. Meski rintangan mungkin tidak seberat dengan yang dialami oleh pendahulu kita di zaman dulu, namun tetap saja melelahkan dan terasa sepi.
Sebab itu banyak penyeru kebenaran yang gugur karena lelahnya mengarungi perjalanan. Menarik diri dari jalan ini, yang biasa disebut futur; sebuah penyakit yang sering menyerang ahli ibadah, para da'i dan penuntut ilmu. Sehingga jadi lemah dan malas atau bahkan berhenti sama sekali.
Hal ini bisa jadi karena beberapa faktor, diantaranya: a) karena tak kuasa menanggung lelah menanti hasil yang menggembirakan, padahal barangkali Allah menginginkan kita untuk lebih bersabar, b) karena lemahnya pemahaman dan keikhlasan. Di sini, yang harus dipahami adalah bahwa jalan ini bukan jalan untuk mencari kekayaan, popularitas apalagi pangkat dan jabatan. Tetapi semata-mata kemuliaan di mata Allah. Maka saat hal itu tidak diperoleh, futur dapat melanda.
Seorang penyeru kebenaran haruslah memahami bahwa dialah yang membutuhkan dakwah, bukan sebaliknya. Maka amatlah penting kita telaah ayat dalam surat Muhammad 38 :"Dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti kamu dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu ini."



Lalu sampai kapan lelah itu datang? Selama kita masih hidup di dunia, maka lelah akan terus menjadi siklus kehidupan yang senantiasa hadir mengiringi tiap langkah kita. Eiits.. tapi mari kita baca bersama ayat cinta dari Allah yang menjanjikan akan membalas tiap lelah kita di dunia, dan mengahapus sama sekali lelah kita, dalam surat Al Fathir:33-35 dan Surat Al Hijr :45-48, yaitu :

(Bagi mereka) syurga 'Adn dan mereka masuk ke dalamnya, di dalamnya mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas, dan dengan mutiara, dan pakaian mereka didalamnya adalah sutera. Dan mereka berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; didalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu."(QS. Al Fathir: 33-35)

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam surga (taman-taman) dan (di dekat) mata air-mata air (yang mengalir). (Dikatakan kepada mereka): "Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera lagi aman.Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan. Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya.
(QS. Al Hijr:45-48)

Wallahu 'alam bishowab.
Semoga bermanfaat :)

diirangkum dari Majalah Tarbawi edisi 256

Tidak ada komentar:

Posting Komentar