Sabtu, 27 Oktober 2012

Islam Mengagungkan Wanita (Part I)

Berikut resume sebuah kajian singkat di sebuah Rumah Sakit swasta yang insya Allah sangat bermanfaat,
gambaran bagaimana Islam sangat mengagungkan wanita, melebihi laki-laki bahkan. Kajian ini juga bertujuan untuk menepis propaganda para musuh Islam seperti JIL yang mengatakan bahwa Islam membatasi, mendiskriminasi dan tidak memuliakan wanita.

Dalam kajian ini dibahas bagaimana Islam mengagungkan wanita saat mereka memiliki peran sebagai seorang anak, ibu, istri atau bukan siapa-siapa (bukan seorang anak, ibu ataupun istri). Namun untuk kali ini, dua peran dulu yaa... (soalnya agak panjang juga :)

1. SAAT MENJADI SEORANG ANAK


Saat masa jahiliyah, mempunyai anak perempuan merupakan suatu aib yang sangat memalukan, disesali dan dicemooh. Sehingga pada saat itu seorang ibu yang akan melahirkan sangat berharap anaknya bukanlah perempuan, begitu juga sang ayah. Anak perempuan tidak pernah dinanti dan diharapkan.Saat itu Wanita menjadi simbol keterbelakangan dan kehinaan. Lalu bagaimana apabila anak yang lahir adalah perempuan?
Mari kita simak dalam surat An Nahl 58-59 :

Dan apabila seorang dari mereka diberi kabar dengan kelahiran anak perempuan, merah padamlah mukanya dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah. Alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.”


Dalam tafsir Ibnu Katsir, ada dua cara yang dilakukan pada masa jahiliyah terhadap anak atau bayi perempuan yang saat itu dianggap sebagai aib:

a. Seorang ibu diperintah untuk melahirkan di atas kubangan tanah, lalu pada saat ia telah melahirkan dan anaknya ternyata terbukti perempuan, maka bayi tersebut akan langsung dikubur hidup-hidup di kubangan tanah tersebut.

b. atau Anak yang terlahir perempuan tadi akan dibiarkan hingga akil baligh, setelah itu ia akan dihias wajahnya oleh ibunya, kemudian ayahnya akan mengajaknya ke sumur yang akan menjadi ‘kuburan’ bagi putrinya tersebut dengan mencemplungkannya ke dalamnya.

Masya Alloh, na’udzubillahi min dzalik.. Alangkah kejam, bodoh dan hina nya perilaku jahiliyah saat Rasulullah belum datang dengan ajaran Islam yang mulia. Begitu teganya seorang ayah dan ibu membunuh buah hatinya, darah dagingnya sendiri.

Namun akhirnya Islam datang menyingkap kegelapan pada masa itu, Rasulullah datang dengan menyampaikan firman Allah yang terang benderang. Ajaran Islam yang indah bahkan memuliakan seorang anak perempuan (bukan laki-laki lho) sehingga seorang anak perempuan dapat menyebabkan kedua orang tuanya masuk surga.

Kini, walaupun zaman jahiliyah dimana seorang ayah tega mengubur hidup-hidup putrinya sudah lama lewat, tetapi masih saja terdapat masyarakat yang lebih mengunggulkan untuk mempunyai anak laki-laki daripada anak perempuan. Padahal memiliki anak perempuan dapat mengantarkan orang tua meraih surgaNya. Mari simak hadits berikut :

Uqbah bin Amir r.a mendengar Rasulullah saw bersabda:
“Barang siapa yang memiliki TIGA ANAK PEREMPUAN , lalu bersabar mendidik mereka , memberi makan dan minum mereka , menyandangi mereka dengan segala keseriusannya , mereka akan menjadi penghadang yang menghalanginya dari neraka kelak di hari Kiamat.” (HR. Ibnu Majah)

Rasulullah Saw juga bersabda:
“Barang siapa yang mengasuh dengan baik KEDUA ANAK PEREMPUANNYA, dia akan berada dekat denganku di surga seperti (dekatnya) kedua jari ini (beliau sambil mengacungkannya keduanya).”
(HR.Tirmidzi)

Dalam riwayat lain Rasul bersabda,

” Barangsiapa memiliki anak perempuan, dia tidak menguburnya hidup-hidup, tidak menghinakannya dan tidak melebihkan anak laki-laki daripadanya maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga”. (HR Abu Dawud, Hakim).

Subhanallah, lalu Bagaimana dengan hanya satu anak perempuan? Simak hadits berikut :

Rasulullah bertutur, “Barangsiapa mempunyai tiga anak perempuan lalu dia mendidik mereka, mengasihi mereka, menanggung kebutuhan mereka dan menikahkan mereka maka wajiblah surga untuknya”
Ditanyakan, “Wahai Rasulullah! Bagaimana jika dua anak perempuan?”
Beliau menjawab, “Meskipun dua anak perempuan.”
Sebagian kaum berpendapat kalau saja mereka bertanya “bila hanya SATU ANAK PEREMPUAN?”,
maka Rasul pun menjawab, “Termasuk satu anak perempuan”.
(HR. Ahmad)

Keistimewaan ini diberikan hanya pada anak perempuan, karena dalam mengasuh anak perempuan jauh lebih sulit, dengan tabiat perempuan yang sedemikian rupa, orang tua harus dapat mendidik mereka untuk akhirnya dapat menjaga kehormatan dan kemuliaan mereka sebagai seorang muslimah.

2. SAAT MENJADI SEORANG IBU


Banyak sekali keutamaan seorang ibu. Beberapa dapat dilihat dari hadits berikut :

a. Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, beliau berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Imam Al-Qurthubi menjelaskan,
“Hadits tersebut menunjukkan bahwa kecintaan dan kasih sayang terhadap seorang ibu, harus tiga kali lipat besarnya dibandingkan terhadap seorang ayah. Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menyebutkan kata ibu sebanyak tiga kali, sementara kata ayah hanya satu kali. Bila hal itu sudah kita mengerti, realitas lain bisa menguatkan pengertian tersebut. Karena kesulitan dalam menghadapi masa hamil, kesulitan ketika melahirkan, dan kesulitan pada saat menyusui dan merawat anak, hanya dialami oleh seorang ibu. Ketiga bentuk kehormatan itu hanya dimiliki oleh seorang ibu, seorang ayah tidak memilikinya. ( Tafsir Al-Qurthubi )

b. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya seseorang mendatanginya lalu berkata: Bahwasanya aku meminang wanita, tapi ia enggan menikah denganku. Dan ia dipinang orang lain lalu ia menerimanya. Maka aku cemburu kepadanya lantas aku membunuhnya. Apakah aku masih bisa bertaubat? Ibnu Abbas berkata: apakah ibumu masih hidup? Ia menjawab: tidak. Ibnu Abbas berkata: bertaubatlah kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan dekatkanlah dirimu kepadaNya sebisamu. Atho’ bin Yasar berkata: maka aku pergi menanyakan kepada Ibnu Abbas kenapa engkau tanyakan tentang kehidupan ibunya? Maka beliau berkata: ‘Aku tidak mengetahui amalan yang Rasulullah ajarkan yang paling mendekatkan diri kepada Allah ta’ala selain berbakti kepada ibu’. (Hadits ini dikeluarkan juga oleh Al Baihaqy dan Syaikh Al Albany menshahihkannya)

Pada hadits di atas dijelaskan bahwasanya berbuat baik kepada ibu adalah ibadah yang sangat agung, bahkan dengan berbakti kepada ibu diharapkan bisa membantu taubat seseorang diterima Allah ta’ala. Seperti dalam riwayat di atas, seseorang yang melakukan dosa sangat besar yaitu membunuh, ketika ia bertanya kepada Ibnu Abbas, apakah ia masih bisa bertaubat, Ibnu Abbas malah balik bertanya apakah ia mempunyai seorang ibu, karena menurut beliau berbakti atau berbuat baik kepada ibu adalah amalan paling dicintai Allah sebagaimana membunuh adalah termasuk dosa yang dibenci Allah.

Wallahu 'alam bi showab. Semoga bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar