Sabtu, 27 Oktober 2012

Bukan Lagi tentang Rasa Cinta



Bismillahirrahmanirrahim.
Semoga note ini bermanfaat untuk menjawab kegalauan yang ada, spesial buat adek-adekku.
Dari judulnya note ini memang bukan lagi membahas rasa cinta, tapi kita akan bahas tentang kerja cinta.^^

Istri shalihah setia pada suaminya, bahkan sebelum mereka bertemu. Ia menjaga kehormatannya, tak memperlihatkan auratnya, tak mau disentuh laki-laki yang bukan mahramnya, tak membagi cinta dan perhatian untuk laki-laki yang belum tentu jadi suaminya. Semua ia persiapkan untuk menyambut kehadiran pangerannya, tempatnya kelak membagi cita dan asa.

"Penantian itu indah. Banyak hal dalam kehidupan yg diluar kendali kita, dan karenanya ada kosa kata menanti untuk mengungkapkan ketidakberdayaan kita menghadapi hal yg diluar kendali itu. Memang benar, ada yg bilang penantian itu membosankan. Ternyata itu berlaku jika kita dihantui kekhawatiran, harapan berlebihan, atau kekosongan agenda mengisi ruang dan waktu yg tersedia. Namun sesungguhnya, dapat sebaliknya, penantian memberi kita banyak waktu dan kesempatan untuk upgrading, refreshing dan menyiapkan bekal tambahan lebih baik lagi, hingga pada saatnya kita akan betul2 sampai pada puncak pencapaian." (Prof. Muktassor, Guru Besar ITS)

Kali ini ana tidak lagi membahas rasa cinta, cinta dan cinta. Karena sepertinya antunna sudah cukup terpapar dengan hal itu ya ^^

Namun kali ini mari kita membahas bagaimana kita menguatkan diri agar tidak lagi DIKENDALIKAN, TUNDUK, DIPERMAINKAN dengan rasa CINTA itu :)

Sebelumnya kita tengok kisah cinta Fatimah dan Ali yuk, yang ternyata dari shirah kita belajar sebuah hikmah yang luar biasa akan KEMENANGAN Ali dan Fatimah dalam menundukkan dan mengendalikan perasaannya, bukan sebaliknya.

Memang sudah ada rasa cinta itu, di dalam jiwa Ali kepada Fatimah, begitu pun sebaliknya. Tapi di kisah ini kita belajar, bahwa keduanya pun menikah bukan dengan mensyaratkan harus ada cinta sebelum menikah, bahkan ternyata setelah menikah, mereka masing-masing baru tahu kalau sebelumnya benih cinta pernah hadir di hati mereka.
Ini tandanya mereka dapat mengendalikan rasa yang mereka miliki, bahkan syetan pun tidak tahu sehingga tidak dapat menggoda keyakinan mereka, hingga akhirnya Allah menetapkan keputusannya, mengakhiri kisah itu dengan indah.

Di sini kita belajar bahwa tidak ada yang mengharamkan adanya cinta dulu sebelum nikah. Karena rasa cinta-nya sendiri tidaklah haram. Yg berpotensi haram, adalah bagaimana proses tumbuhnya cinta itu, dan apa yg terjadi serta dilakukan dengannya. Intinya di sini jangan sampai kita malah dikendalikan dengan perasaan, kita yang harusnya dapat mengendalikan perasaan itu.

Lalu apa yang dapat menguatkan Fatimah dan Ali sehingga dapat mengandalikan perasaanya, menjadi raja atas dirinya sendiri, bukan terombang ambing atas perasaannya?

Dan jawabannya tidak lain adalah AKIDAH atau KEIMANAN keduanya kepada Allah SWT.

Dalam HR. Bukhari dan Muslim, Rasulullah mengatakan bahwa "Islam itu dibangun atas lima perkara (prinsip),...."

Penjelasan ini menerangkan kepada kita bahwa Islam layaknya sebuah bangunan yang lengkap, yang terdiri dari pondasi, tembok, jendela, pintu,atap dll. Pondasi lah yang akhirnya menentukan besar kecilnya dan kuat rapuhnya bangunan yang ada di atasnya. Pondasi juga tidak bisa dibangun belakangan, harus duluan.

Dan dalam ajaran Islam, pondasi itu adalah akidah, atau juga di sebut iman, tauhid atau Usluhuddin (prinsip agama).
Sama seperti pondasi yang berada di dalam tanah, tidak terlihat, begitu juga keimanan atau akidah seseorang, namun hal ini dapat ditengarai.

Dari mana?

Dari bangunan di atasnya. Dan bangunan di atas pondasi (akidah) seorang mukmin adalah amal ibadah, sikap dan akhlaqnya. Maka apabila kita melihat ada orang yang tawakkal, sabar, ibadah, keikhlasan dll nya luar biasa sekali, maka berarti keimanannya sudah tertanam kokoh di hatinya.

Akan tetapi sama seperti bangunan, tak ada artinya juga bila rumah hanya berupa pondasi, maka namanya bukanlah sebuah bangunan, dan di sinilah kita juga belajar bahwa iman selalu bersama amal nyata yang terealisasi dalam kehidupan sehari-hari.

“Iman itu bukanlah sekedar angan-angan dan bukan pula sekedar basa-basi dgn ucapan akan tetapi sesuatu keyakinan yg terpatri dalam hati dan dibuktikan dengan amal perbuatan." (Imam Hasan Al Basri)

Yah, cinta memang sebuah kata kerja, bukan kata sifat. Saat berani mengutarakan cinta, maka saat itu juga waktu untuk bertanggung jawab penuh atas rasa yang dimiliki :). Kalau belum berani bertanggung jawab (nikah), maka jangan coba-coba mengutarakannya, dan di sinilah letak ujian KEKUATAN kita.

Mecintai memang pekerjaan orang KUAT. (Ustadz Anis Matta dalam Serial Cinta). Maka mari KUAT bersama-sama ukhty fillah.

Karena itu di awal-awal liqo/ mentoring, materi akidah diutamakan :)
Mulai dari urgensi akidah, karakteristiknya, sumbernya, aspek dan rukunnya, yang membatalkan dan merusak kesempurnaannya, al wala wal bara', makna iman kepada rukun iman, dll. Lalu setelah itu murabbiyah atau mentor kita mulai menuntun kita agar memiliki amal yaumi (amal ibadah sehari-hari), lalu mereka juga mengajari dan berusaha menjadi teladan kita terkait akhlaq seorang mukminah, yang biasanya kita kaji dari akhlaq mulia dan ketegaran para sahabiyah dalam menjaga izzah mereka. Semua itu murabbiyah kita lakukan agar bersama-sama kita dapat menyempurnakan bangunan Islam kita, agar iman kita berbuah manis, melalui karakter diri yang menawan, keteguhan, kesabaran, keikhlasan, tawakkal kita kepada Allah dll. Bersama kita berjuang menjadi muslimah tangguh yang kelak dibanggakan Rasulullah dan dikumpulkan dengan beliau di hari akhir, insya Allah.

Nah, dalam mempelajari akidah atau keimanan, aspek rasa itu memang sangat penting, sebagai pemantap iman di hati, namun bingkainya perlu dibuat dulu. Nah, bingkainya itu adalah ilmu, yang berdasar Al Qur'an dan Sunnah, agar 'rasa' kita menjadi aman, karena sudah ada bingkai/batasnya.

Mari kita belajar bersama ukhty fillah, juga berjuang bersama, bermujahadah hingga ketetapan Allah yang pasti sempurna datang. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa iman memang selalu naik turun, maka memang kita perlu terus belajar dan senantiasa merawat keimanan ini, agar semakin baik dari hari ke hari, hingga akhirnya saat Allah mempertemukan kita dengan sang Pangeran :), atau bahkan kelak di ujung usia, kita berada dalam keadaan yang terbaik di mataNya. Karena di akhir usia lah penentu segala amal yang telah kita upayakan selama ini, apakah berakhir dengan Husnul Khotimah atau sebaliknya.

Dan kerja-kerja untuk meningkatkan kualitas iman dan merawatnya ini BUKANLAH PEKERJAAN YANG RINGAN, sehingga tidak bisa dianggap sepele!! Ada banyak hal BESAR yang harus kita kerjakan dengan sungguh-sungguh di sini. Karena itu, kita juga belajar untuk memprioritaskan agenda-agenda merawat dan meningkatkan kualitas iman ini melalui halaqah-halaqah kita. Ciptakan halaqahmu seindah jannahNya ya ukhty ^^, agar tiap minggu kita sempat menikmati 'taman surga' yang ada di dunia itu.

Dan ternyata, akidah bukan hanya benteng untuk menguatkan diri agar tidak tunduk dengan perasaan, namun akidah atau keimanan yang kuat adalah perisai terbaik bagi segala bentuk ujian dan cobaan yang memang telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari tabiat kehidupan manusia.Ayo, jadi akhwat tangguh !! Bersama kita bisa, insya Allah.


"Hidupku adalah izinNya
Sudah seharusnya aku berbakti padaNya Apapun yg DIA berikan
Aneh kiranya cinta untukNya terbagi dgn yg lain
Sedangkan nikmatNya, cintaNya, untukku Tiada pernah terbagi
Aneh juga kiranya jika hati menjadi risau dan galau
Sedangkan pertolonganNya begitu dekat..

Aku harus tegar
Aku juga harus tegas
Hingga Rasul bangga melihatku
berjalan dimuka bumi dengan tegar dan tegas ku
Namun semuanya itu tidak berarti tanpa ada sebuah kesabaran
Karena Allah senantiasa bersama orang2 yang sabar
Sabar menghadapi segalanya

Karena Allah selalu dihati
Hingga yakin Allah Yang Maha Pengasih akan membantuku

Andai Allah sudah dihati
Tiada masalah yang tidak dapat teratasi
Allah Maha Berkuasa
DIA memungkinkan yang tidak dan tidak Memungkinkan yang mungkin
Semua kejadian karena izinNya, kasih dan cinta-Nya
Allah Maha Baik dan DIA selalu memberi yg terbaik untukku
Allah Maha Indah dan DIA selalu memberi yg terindah untukku
Cukup serahkan segala urusan padaNya Karena DIA Penentu Sejati
Hingga aku tak mengenal risau, galau, apalagi gelisah…

Wallahu 'alam. Semoga bermanfaat :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar